Sabtu, 28 Juli 2012

Halo Hati ....


Halo hati, apa kabar?
kuterpaku, ditemani berbagai fikiran yang menyeruak, menghabiskan sia-sia memori yang ada.

Tak ada yang lebih jernih dari suara hati, ketika ia menegur kita tanpa suara. Teguran yang begitu halus, begitu bening dan begitu dalam. Tak ada yang lebih jujur dari nurani, saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata. Nasehatnya begitu hening dan kita tak kuasa menyangkal. Tak ada yang lebih tajam dari mata hati, ketika ia menghentak kita dari beragam kesalahan dan alpa. Begtu tipis, begitu mengiris. Berbahagialah orang-orang yang seluruh waktunya dipenuhi kesempatan untuk jujur pada nurani dan tulus mendengarkan suara hati. ...

oh hati ...
hari ini aku sukses dengan cemberut dan kegalauanku -- tidak tahu -- apa yang membuat ku begini.
apa karena sudah habis bacaan buku ku? atau gara-gara buku jelek yang membuat mood jadi kacau? -- ah tidak. terus, ada apa hati?

Ku coba merenungi, mentafakuri .. hati yang kian larut dalam kelalaian ini. Masihkah kau sejernih dulu?
ternyata ia sudah buram, melalui  berbagai hal yang tak patut untuk didengar, dilihat dan dilakukan.
hati .... sekarang kau dipenuhi prasangka-prasangka yang tidak usah kau hiraukan.
kemana perginya kepercayaan? kemana perginya keceriaan?
Hati ... apakah kau masih seharum kesturi yang senantiasa mewangi?
tidak. kau terlalu sibuk dengan fikiran-fikiran yang membuatmu lupa menjaga kebersihan hati.kau tumpuk bau-bau busuk disekitarmu, sehingga kau semakin terbiasa dengan bau-bau busuk itu. miris .... kotor sekali kamu hati
Hati ... apakah kau masih setenang danau yang dinaungi kedamaian?
astaghfirullah, tak ubahnya hati ini seperti onggokan darah busuk yang selalu menggejolak karena nafsu dan keinginan duniawi, selalu merasa tidak puas dengan apa yang ada.
 Hati .. apakah kau masih ingat caranya untuk bersyukur?
kemana perginya rasa syukurku. umpatan dan ke-apatisan ketika memperoleh karuniamu. lupa kalau dari-Nya lah itu semua kau dapatkan.
aku kemudian tertegun, meratapi sang hati bernasib kian buruk dalam kurun waktu yang kubawa dewasa ini. Tangisan pun tiada guna, seperti setetes hujan di lahan gersang.
Miris ... angin kedamaian yang kini sudah tak terasa membawa kesejukan.  hanya berlalu. hanya sebagai penegur hati.